Kembali ke padang itu
yang kering, tandus dan gersang
seorang lelaki aneh berjalan tanpa sepatu
tempang bertongkat harap
sambil memungut butir-butir kerikil
yang terasa sangat panas di tumit
dia melihat ke depan
sayup, kosong, fatamorgana...
Melihat ke belakang
perjalanan yang sangat lelah
medan tempur penuh luka dan parut,
Sambil menyeret sebelah kakinya yang tempang
sambil terus memungut butir kerikil yang panas
dia menggenggamnya tanpa sedar,
jemarinya terbakar.
dia terus melangkah
fatamorgana
demi fatamorgana...
padang itu seperti tidak menjanjikan apa-apa
dengan wajah kurang pasti
debaran yang tak pernah berhenti
tapi dia terus melangkah
terkadang berlari,
menuju sebuah noktah.
Friday, February 19, 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment